Arsip Infografis – Pada tanggal 9 April tahun kemarin sebuah prototipe jet tempur multi peran canggih KF 21 brumei lamuda diperkenalkan oleh Korea Selatan dengan dihadiri oleh Presiden Moon jae-in dan menteri pertahanan Indonesia Prabowo Subianto.
Kerjasama indonesia-korea adalah komitmen pengembangan bersama dan juga transfer teknologi. Konsekuensinya Indonesia harus ikut mendanai 20% biaya pengembangan dan akan mendapatkan satu unit KF 21 Brumei serta disupport untuk produksi sendiri di dalam negeri sebanyak 48 unit pesawat tempur.
Namun Indonesia kemungkinan besar tidak memperoleh teknologi pertahanan kunci seperti radar Aisyah, targeting pot infrared search and track system dan juga radiofrekuensi jamers karena teknologi itu berasal dari offside dokumen loket Martin dari Amerika yang diberikan ke Korea Selatan sebagai dan dari kerjasama pembelian jet tempur F-35.
Indonesia harus mengikuti persyaratan dari Amerika yaitu defense teknologi security system atau DTSS dimana Indonesia dilarang membocorkan teknologi ini kepihak lain. Untuk memperoleh dtss diperlukan diplomasi tingkat tinggi yang sangat rumit keputusan Soul antuk mengembangkan jet tempur dalam negeri didorong oleh keinginan untuk Swasembada industri pertahanan dan memperkuat politik kawasan.
Kehadiran Prabowo menandakan komitmen Jakarta untuk ikut mengembangkan dan memperoleh KF-21 sehingga mendiversifikasi armada Angkatan Udara Indonesia sekaligus membatasi ketergantungan pada salah satu pemasok asing. Sebagian besar pesawat tempur Indonesia saat ini berasal dari Amerika dan Rusia.
Pesawat KF 21 disebut-sebut lebih unggul daripada pesawat tempur canggih non siluman kontemporer seperti F 16 Amerika atau dassault rafale dari Perancis. Keunggulan Brumei termasuk bukan operasional yang lebih besar kemampuan avionik dan peperangan elektronik yang lebih canggih. Dilengkapi dengan Radar aktif electronically scanner buatan Korea akan meningkatkan kemampuan deteksi dan pelacakan target dibandingkan dengan teknologi Radar sebelumnya.
Hal ini akan mengarah pada persenjataan yang jauh lebih efektif. Selain itu KF 21 dirancang untuk memiliki kemampuan siluman menghindari radar dasar yang lebih rendah dari pesawat tempur siluman seperti F-35. Namun memberikan keunggulan atas musuh non siluman yang lebih potensial.
Ketika digabungkan dengan paket senjata yang terdiri dari inframerah, rudal udara ke udara yang dipandu radar untuk menembak jatuh pesawat musuh dan amunisi udara ke darat termasuk rudal yang akurat dan bom yang dipandu.
Kehadiran Armada KF 21 bisa merubah kekuatan udara di kawasan ASEAN dan juga Asia. Jakarta memiliki alasan utama terlibat dalam proyek ini, pertahanan teritorial yang luas, keusangan armada pesawat dan secara politik ekonomi ingin menjaga kerjasama investasi Korea di Indonesia.
Mengenai wilayah udara Indonesia TNI AU memiliki tugas meng-cover 1,9 juta kilometer persegi wilayah udara berdaulat yang perlu di patroli. Selain itu pertimbangan operasional dan keamanan memerlukan misi di atas zona ekonomi eksklusif maritim yang luas. Semua ini membutuhkan armada udara yang cukup besar yang bisa dibilang mungkin tidak mencukupi dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh TNI angkatan udara saat ini.
Saat ini TNI AU hanya memiliki 100-an lebih pesawat bersenjata dan 6 pesawat patroli maritim untuk mengawasi. Tidak semua pesawat itu selalu tersedia atau layak terbang karena sewaktu-waktu menjalani pemeliharaan atau the ground kan menunggu pengiriman suku cadang. Ada beberapa inventaris pesawat tempur TNI AU yang akan pensiun paling tidak dalam waktu satu dekade. Contohnya SU-27 buatan Rusia yang diakuisisi pada tahun 2002 dan 2006.
Kemudian F-16A dan fmF-16V buatan Amerika yang dipesan pada tahun 1989 kemudian hop MK 109 dan MK 209 buatan Inggris yang dikirim pada tahun 1997. Jika semua jet ini dipensiunkan karena biaya perawatan yang tidak ekonomis atau usia badan pesawat yang tidak aman. Pesawat tempur pengganti ini hanya akan membawa armada pesawat tni-au menjadi 106 unit.
Sedangkan untuk para penerbang kompetensi Angkatan Udara tidak boleh diremehkan karena termasuk salah satu angkatan udara yang terbaik di Asia. Meskipun tidak diketahui pilot Indonesia menerima jumlah jam terbang yang sama dengan angkatan udara NATO sekitar 30 jam per tahun.
Hal yang menjadi tanda tanya berikutnya adalah persediaan Mesir dan bom yang akan dipasang penelitian publik secara terbuka. Mengungkapkan tidak ada informasi tentang jumlah senjata udara yang dipelihara oleh TNI AU karena bersifat sangat rahasia.
Perlu dicatat bahwa Indonesia mendapatkan amunisi dari Rusia dan Amerika yang mengarah pada kompleksitas masalah pada sistem logistik yang mungkin menghambat ketersediaan operasional dan potensi angkatan udara KF 21 direncanakan untuk menggunakan rudal Amerika dan Eropa.
Penggabungan Armada borami ke Indonesia pada akhirnya dapat membebani jaringan pasokan TNI AU terutama logistik dari Rusia. Kerjasama ke-21 juga harus dilihat sebagai diplomasi militer strategi politik dan industri oleh pemerintahan korea untuk menjaga kebijakan Selatan baru yang berpusat pada ASEAN di Seoul.
Dari sudut yang Jakarta akuisisi boramae mungkin dimaksudkan untuk mempengaruhi modernisasi pertahanan TNI AU secara tepat waktu sambil mempertahankan status quo kepentingan nasional dan regional. Namun relasi hubungan Korea Selatan dan Indonesia bukan berarti tanpa masalah.
Laporan surat kabar Young and daily, Indonesia meminta untuk mengurangi bagiannya dalam investasi pengembangan KF 21 sebesar lima persen dan meminta transfer teknologi yang lebih dari yang ditetapkan pada perjanjian awal.
Pengembangan KF 21 disebut sebagai proyek militer yang paling mahal dalam sejarah Korea Selatan dengan banderol harga sekitar 8,5 triliun Won atau 7,8 Milyar Dollar untuk pengembangannya saja.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Korea pada september 2018 Presiden Indonesia Joko Widodo meminta kepada Presiden korea pengurangan 5% bagian Indonesia sehingga hanya menjadi 15%. Kontribusi Indonesia yang sudah jatuh tempo saat ini mencapai 800 miliar Won karena Indonesia menunda pembayaran sejak tahun 2017. Link mengurus pemecahab sertifikatmengurus pemecahan sertifikat
Melalui negosiasi ulang sejak oktober 2018 kedua negara mempersempit perbedaan mereka atas rasio kontribusi 20% Indonesia dan menyetujui pembayaran dalam beberapa bentuk lain. Pengembangan bersama jet tempur itu sempat ditangguhkan pada Oktober 2019 saat 110 Enginer Indonesia yang mengerjakan proyek tersebut dipanggil pulang di tengah pandemic kovit 19.
Indonesia mengisyaratkan perubahan hatinya pada tahun lalu dan mengirim delegasi pertahanan termasuk Prabowo Subianto untuk menghadiri peresmian Prototype jet tempur baru itu pada 9 April di Korea.
Indonesia juga mengirim 30 staf teknis yang berpartisipasi dalam pengembangan jet tempur itu pada akhir Agustus serta berencana untuk mengirim lebih banyak lagi teknis jika negosiasi berhasil. Penyelesaian masalah ini tercapai pemerintah Indonesia kemungkinan akan mulai membayar iurannya secara mencicil.
Pengembangan pesawat KF-21 bromei berpotensi meningkatkan kualitas pertahanan Indonesia dan Korea. Namun upaya transfer teknologi yang lambat bisa menjadi penghalang ketepatan waktu produksi boramai karena bisa memicu Indonesia untuk menarik diri dari kerjasama militer yang sangat prestisius ini.
Selain itu kendala lainnya adalah target penyelesaian KF-21 yang cukup lama yaitu 2028 dan mulai aktif di pertempuran pada tahun 2032. Belum lagi jika Indonesia baru akan start produksi di atas tahun 2028.
Tentu kebutuhan pertahanan udara akan sangat tertekan kemungkinan ini juga akan menjadi PR tersendiri bagi Menteri Pertahanan apakah akan membeli pesawat yang cepat produksi atau menunggu KF 21 matang secara teknologi dan produksi.
Demikian sekilas mengenai kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Korea Selatan.